Sobat Jejak, adakah di antara Sobat yang berencana mengirim naskah ke media tapi bingung bagaimana menulis surat pengantarnya? Jangan khawatir, Sobat. Sebab kali ini, saya akan berbagi pada Sobat Jejak mengenai cara membuat surat pengantar naskah ke media.
Sobat. Pada dasarnya, membuat surat pengantar naskah tidaklah sulit. Intinya memberitahu pada redaksi bahwa kita mengirim naskah, misal, berjudul "Dongeng Anak". Hanya saja, sebaiknya kita tetap memerhatikan adab adabnya, Sobat.
Apa saja adab adab dalam membuat surat pengantar nasakah?
Pertama, ucapkan salam.
Cara memberi salamnya bisa dengan "Assalamualaikum" atau lainnya. Kalo saya sendiri, salamnya tergantung media tujuan. Untuk media umum biasanya saya menggunakan kata "Salam" saja.
Kedua, sapa redakturnya.
Sobat Jejak. Redaktur adalah manusia, bukan robot. Sebagai manusia seperti halnya kita, redaktur juga senang disapa. Sekadar kalimat, "Redaksi/redaktur yang baik, apa kabar?" mungkin tampak tak berarti. Tapi bagi redaktur yang lelah membaca naskah atau email seharian, apalagi yang isinya ngancem2 minta dimuat, sapaan kita bisa saja bernilai segelas jus di padang sahara. *Tsaaah, bahasanya.... :D
Ketiga, Beritahu maksud tujuan kita. Ya itu tadi, beritahu bahwa kita mengirim naskah berjudul "Dongeng Anak".
Keempat, ucapkan terimakasih.
Lho, belum dimuat kok sudah bilang terimakasih?
Sobat, dalam sehari, redaktur barangkali menerima puluhan bahkan ratusan email dengan maksud yang sama. So, email kita dibuka dan dibaca aja itu sudah alhamdulillah banget.
Ke Lima, jangan lebay. Tunjukkan bahwa kita adalah penulis beradab yang berwibawa. Maksudnya, nggak usahlah merayu2 redaktur agar memuat naskah kita, apalagi kalau sampai maksa dan mengancam segala.
Misalnya begini:
Penulis : "Tolong ya, Pak Redaktur... Naskah saya ini dimuat... Please yah, soalnya lagi butuh duit...."
Redaktur: Hadeeh.... Drama banget sih, lu. Gue juga belum gajian kali!
Atau
Penulis: "Tolong ya, muat naskah saya! Kalo nggak, saya tarik sekarang juga!"
Redaktur: Ya tarik aja keleuuuss... Emang gue pikirin!
Heuheu.... Terbayang ya, Sobat, bagaimana geregetannya redaktur membaca surat pengantar yang begitu. Nah, supaya Sobat Jejak tidak ikut ikutan bikin geregetan, berikut saya beri contoh surat pengantar naskah ke media:
Yth. Redaksi Koran
Salam,
Redaksi Koran yang baik, apa kabar? Semoga senantiasa sehat dan semangat menjalani rutinitas pekerjaan.
Perkenalkan, saya Izzah Annisa, penulis asal Bandarlampung. Saya mengirim naskah dongeng/cerita anak berjudul "Dongeng Anak". Naskah ini benar benar karya saya. Bukan plagiat ataupun saduran. Semoga berkenan, terimakasih.
Salam hangat,
Izzah Annisa
*****
Baca juga

Izzah Annisa
Berprofesi sebagai penulis buku bacaan anak. Hobi membaca, berbagi tips penulisan, memotret, jalan-jalan, mereview, dan menonton film petualangan. E-mail: izzahannisa313@gmail.com.
Berprofesi sebagai penulis buku bacaan anak. Hobi membaca, berbagi tips penulisan, memotret, jalan-jalan, mereview, dan menonton film petualangan. E-mail: izzahannisa313@gmail.com.
makasih yah sudah dikasih tau cara buat surat pengantarnya....
ReplyDeleteSama2, semoga bermanfaat :)
ReplyDeletehihihihi contoh nomor lima itu loh :D
ReplyDeleteJangan ditiru ya, Nun :D
DeleteIzin save ya mas, penting nih hihi
ReplyDeleteSilakan... :) Btw ini mbak ;)
DeleteNice post, Mbak Izzah. Jadi, ikutan belajar nih. Terima kasih, ya, Mbak ^_^
ReplyDeleteMonggo, Mbak. Sama-sama ^_^
Deletenice post, terimkasih infonya
ReplyDeleteSama2 :)
Deletegampang banget ternyata ya :D pasti bermanfaat untuk yang ingin jadi penulis nih!
ReplyDeleteIya, gampang banget ^__^
DeleteWah ilmu baru..biasanya sapaan saya lebih informal dari contoh di atas:)
ReplyDeleteHehe, tergantung medianya kok, Mbak. Intinya fleksibel aja, menyesuaikan. Yang penting tetap sopan ;)
DeleteMudah bikin pengantarnya. Tapi yang diantar itu bikinnya lumayan yah? Hehe
ReplyDeleteNah itu masalahnya. Masalah utama itu :D
Deletenah adab-adab yang seperti ini memang perlu ya mbak, gak cuma untuk kirim naskah aja sebenernya, tapi semua hal..
ReplyDeletesering kesel kalo ada mahasiswa yang kirim email minta kerjasama tapi pake bahasa alay, dan kirim emailnya tengah malam, udah itu nelpon nanya emailnya udah dibaca apa belum.. hadeuuuh..
#eh kok jadi curhat ya T_T
Bener bangeeet, Bang Rangga. Dalam hal apapun unggang ungguh atau sopan santun harus diterapkan :)
Deletemembawa pencerahan nih mba contohnya.
ReplyDeleteKalau dipikir-pikir iya juga ya memang harus menyapa dulu, gak ujug-ujug kirim naskah hehehehe
terima kasih mba share nya ^_^
Hehe, iya, Mbak. Ibarat mau masuk rumah orang, ya ada adab-adabnya. Ketuk pintu, salam dulu, bilang keperluannya apa, dll. Begitupun mengirim naskaj :)
DeleteIzin share 😃
ReplyDeleteSilakan, Mas Firman :)
DeleteSalam kenal, Bu..
ReplyDeleteMaaf mau tanya, nih.. jika kita mau mengirim naskah cerpen/novel ke media lewat email, penempatan surat pengantarnya di badan email atau di lampiran, ya?
Terima kasih
Hai, Mbak Maaza. Surat pengantar cukup di badan email, ya.
Delete