Bagus Kuning dan Kera Siluman
Cerita ini pernah saya posting di status Facebook. Untuk latihan menceritakan ulang cerita rakyat ala saya. Selamat membaca.
Bagus Kuning dan Kera Siluman
Islam masuk ke Batanghari Sembilan, Palembang, pada abad ke 16. Konon, salah satu pembawanya adalah Bagus Kuning. Seorang muslimah yang merantau dari tanah Jawa.
Suatu ketika, Bagus Kuning beserta rombongannya melewati hutan belantara. Tiba tiba, sekumpulan kera siluman menghadang mereka.
"Hei, Bagus Kuning! Hentikan niatmu untuk berdakwah di Palembang!" Ujar pimpinan kera, dengan suara lantang.
"Subhanallah.... Belagak nian caknyo, yeh. Memangnyo kau siapo?" Tanya Bagus Kuning.
"Apa?! Kau belum tau siapa aku?! Makanya, browsing, doong! Aku adalah kera siluman penguasa hutan ini. Pergi, atau aku dan anak buahku akan mengusirmu!"
Bagus Kuning tersenyum.
"Aku datang baik baik. Tujuanku berdakwah, bukan mengganggu."
"Aku tidak perduli! Pasukan! Seraaaang!" Teriak kera siluman.
Rombongan Bagus Kuning panik melihat puluhan kera hendak menyerang mereka.
"Tunggu!" Bagus Kuning mengangkat tangannya. Pasukan kera berhenti seketika.
"Kenapa?"
"Kita saksikan jeda iklan berikut ini," ujar Bagus Kuning dengan tenang.
Hiaaaaa......
Pasukan kera serentak kembali menyerang. Bagus Kuning menengadahkan kedua tangannya. Mulutnya komat kamit. Bukan membaca mantra lho, ya. Melainkan doa dan ayat kursi.
Namanya juga siluman alias setan, mendengar ayat kursi dilantunkan, pasukan kera langsung kepanasan. Kulit mereka bagai terbakar.
"Ooow, panaaas, hentikaaaan! Ampuuun!"
"Minta ampun sama Allah!"
"Iyaaaa, ampun ya, Allah....."
Akhirnya, kera siluman menyerah. Bagus Kuning pun melanjutkan dakwahnya di Palembang. Ia kemudian menetap di Plaju hingga akhir hayatnya. TAMAT.
Bagus Kuning dan Kera Siluman
Islam masuk ke Batanghari Sembilan, Palembang, pada abad ke 16. Konon, salah satu pembawanya adalah Bagus Kuning. Seorang muslimah yang merantau dari tanah Jawa.
Suatu ketika, Bagus Kuning beserta rombongannya melewati hutan belantara. Tiba tiba, sekumpulan kera siluman menghadang mereka.
"Hei, Bagus Kuning! Hentikan niatmu untuk berdakwah di Palembang!" Ujar pimpinan kera, dengan suara lantang.
"Subhanallah.... Belagak nian caknyo, yeh. Memangnyo kau siapo?" Tanya Bagus Kuning.
"Apa?! Kau belum tau siapa aku?! Makanya, browsing, doong! Aku adalah kera siluman penguasa hutan ini. Pergi, atau aku dan anak buahku akan mengusirmu!"
Bagus Kuning tersenyum.
"Aku datang baik baik. Tujuanku berdakwah, bukan mengganggu."
"Aku tidak perduli! Pasukan! Seraaaang!" Teriak kera siluman.
Rombongan Bagus Kuning panik melihat puluhan kera hendak menyerang mereka.
"Tunggu!" Bagus Kuning mengangkat tangannya. Pasukan kera berhenti seketika.
"Kenapa?"
"Kita saksikan jeda iklan berikut ini," ujar Bagus Kuning dengan tenang.
Hiaaaaa......
Pasukan kera serentak kembali menyerang. Bagus Kuning menengadahkan kedua tangannya. Mulutnya komat kamit. Bukan membaca mantra lho, ya. Melainkan doa dan ayat kursi.
Namanya juga siluman alias setan, mendengar ayat kursi dilantunkan, pasukan kera langsung kepanasan. Kulit mereka bagai terbakar.
"Ooow, panaaas, hentikaaaan! Ampuuun!"
"Minta ampun sama Allah!"
"Iyaaaa, ampun ya, Allah....."
Akhirnya, kera siluman menyerah. Bagus Kuning pun melanjutkan dakwahnya di Palembang. Ia kemudian menetap di Plaju hingga akhir hayatnya. TAMAT.
saya ga salah mampir nih, jadi ada bahan untuk mengajar adik-adik. Makasih yaa
ReplyDelete@footrip, makasih udah mampir. Moga bermanfaat :)
DeleteSaya pernah main golf di Bagus Kuning.
ReplyDeleteTakut bolanya di makan atau dibuat mainan oleh kera
Terima kasih kisahnya yang menarik
Salam hangat dari Jombang
Iya, Pakde, kabarnya banyak kera di sana :)
Deleteahahahakakakakak ada iklannya juga, dari jaman dulu iklan selalu mengganggu momen2 seru
ReplyDelete@puputs, iyaaa... Lagj seru2nya, eeeh, iklan :p
DeleteBelum pernah ke sana. Cerita yang menarik. :)
ReplyDeleteMakasih, Mbak Wik, Wylvera :)
DeleteBah! makin lancar bae ayuk ni jadi penulis yo buku cerito anak-anak. Malu aku ni belum terbitkin satu buku pun hik hiks hiks.
ReplyDeleteBah! Kau pun pandai kali menulis. Tak ragu lagi aku dengan kemampuan kau. Macam mana kabar naskah kau waktu itu? Sudah dikirim belum?
ReplyDelete