Ketika Demam Batu Akik Melanda
Beberapa waktu yang lalu, demam batu akik melanda jagad nusantara. Batu akik menjadi benda yang sangat popular. Baik di dunia nyata, maupun di sosial media. Tidak sedikit yang mengupload foto batu akik koleksinya. Meski demikian, saya belum begitu meyakini kepopuleran batu akik ini. Hingga suatu hari…
Hari itu, saya hendak pulang ke kampung halaman. Karena pulangnya hanya dua hari, saya memutuskan untuk pulang kampung sendiri, tanpa ditemani anak dan suami.
Sebelum ke terminal bus, saya sempatkan mampir ke konter untuk membeli pulsa.
Saat pemilik konter mulai memencet keypad di HPnya, saya memerhatikan jari tangannya. Sebuah cincin bertahtakan batu akik ukuran besar melingkar anggun di sana.
Waw! Batu akiknya besar sekali…. Batin saya, seraya menahan keinginan untuk tertawa.
Rupanya, pemilik konter itu merasa kalau sedang diperhatikan.
“Lagi booming, Mbak,” katanya, seraya nyengir kuda.
Saya cuma bisa geleng-geleng kepala.
Setelah membayar pulsa, saya melanjutkan perjalanan menuju terminal. Tak menunggu lama, saya pun sudah berada di dalam bus yang akan berangkat menuju Kotabumi. Kota ini berjarak sekitar satu jam dari kampung halaman saya. Dari sini saya tinggal menaiki angkot, lalu ojek yang akan membawa saya ke rumah.
Tiba di Kotabumi, saya mampir di sebuah toko yang menjual aneka makanan, untuk membeli oleh-oleh. Tepat di bawah deretan keripik aneka rasa yang tergantung di dinding, saya melihat tiga kardus yang dipotong hingga menyisakan sepertiga tepiannya, berjajar di atas meja. Di dalamnya, tampak sesuatu berwarna hitam kecoklatan yang dikemas dengan plastik bening.
"Ini manisan, ya?" Tanya saya, pada penjaga toko.
"Bukan, Mbak. Itu batu!"
“Hah! Batu?”
Saya nyaris tersedak. Antara kaget dan geli.
"Iya, Mbak. Batu. Tuh, yang sudah jadi cincin! " Pemilik toko itu menunjuk sebuah kotak kaca, di dekat meja kasir.
Saat pemilik toko itu menunjuk kotak kaca, barulah saya menyadari bahwa ia pun memakai cincin akik. Bukan cuma satu, tapi sepuluh cincin di sepuluh jarinya!
“Waaaw! Cincinnya banyak bangeeet… Gede-gede lagi!” Celoteh saya spontan.
Saya lalu mengalihkan pandangan ke arah kotak kaca yang ditunjuknya. Kotak itu tidak begitu besar. Dialasi beludru merah pada bagian dasarnya. Aneka cincin akik didisplay di sana. Rata rata berukuran besar. Ck, ck, ck…
"Saya foto, ya?"
"Boleh, boleh" Jawab pemilik toko dengan bangga. Tapi dia menolak saat saya ingin memotretnya dengan sepuluh jarinya yang bercincin akik.
"Jangan, ah! Saya takut terkenal," ujarnya, seraya melambaikan lima jari tangannya.
Deuuu....
Saya pun melanjutkan perjalanan dengan menaiki angkot. Pikiran tentang batu akik nyaris teralihkan ketika mendadak sebuah pemandangan membuat mata saya terbelalak. Seorang penumpang yang duduk di samping sopir, tampak memakai cincin akik sebesar biji salak di dua jarinya! Amboiii…. Akik lagi, akik lagi…
![]() |
Batu akik super :D |
Ketika kembali dari kampung halaman, saya menceritakan pengalaman tentang batu akik itu pada suami.
“Wah, Nda, kita kiloin batu di halaman, yuk!" Usul suami, usai mendengarkan cerita saya.
"Untuk apa?"
"Untuk dijual! "
Hahahahaaaa...
BalasHapusAku ngakak sendiri bacanya, sejak bagian batu akik yang dikira manisan. Aku kalau nggak dikasih tahu itu bakal jadi batu cincin juga akan ngira itu adalah cemilan kriuk-kriuk.
Lucu banget hahahaaa... aku share ya postingannya.
ide bagus tuch,,,kiloin batu di halaman buat dijual....
BalasHapuskeep happy blogging always...salam dari makassar - banjarbaru :-)
Hihihi, asli saya aja sampe ngikik2 sendiri waktu ngalamin ini, Mbak. Terutama yang dibagian manisan itu :D
BalasHapusMonggo, Mbak. Silakan dishare, akiknya :D
Hihihi.... Ntar kalo udah saya kiloin, jangan lupa ngorder ya, Mas @Blogs of Hariyanto ^_^
BalasHapusInsya Allah.... Salam kenal juga dari Bandarlampung :)
Kreatif bangeeet yang buatan anak-anak ya .. Warnanya ngejreng lagi :)
BalasHapusIyaaa, Mbak @Indah. Kreatif dan lucuuu, hihihi.... ^_^
BalasHapus